Lifelong Learner: Selalu Siap Meningkatkan Kapasitas dan Keterampilan Diri

Tidak ada ilmu yang tidak berguna.

Harus kita akui, era pandemic membuat kita berubah dengan sangat cepat, disadari atau tidak. Kita dipaksa untuk beradaptasi dan memikirkan langkah-langkah untuk menghadapi dan menjalani agar semua bisa tetap dalam koridornya. Perguruan Tinggi dalam koridor pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Perpustakaan sebagai penunjang segala kegiatan sebisa mungkin mengikuti semua kebijakan yang terkait dengan strategi menghadapi ‘new normal’ ini.

Sebagai pustakawan di lingkungan perguruan tinggi yang melayani kebutuhan informasi semua sivitas akademika di perguruan tinggi, kita dituntut untuk selalu dapat mengejar kebaruan teknologi di bidang pendidikan. Setiap hari ada saja inovasi baru yang diserap oleh organisasi kita. Mau tidak mau kita harus menerima, mempelajari, memahami dan mengimplementasikannya. Kadang-kadang inovasi baru tersebut begitu rumit dan membutuhkan waktu lebih untuk mempelajarinya.

Saya mendapati, ekspektasi dari dunia non-kepustakawanan yang memandang pustakawan bisa mengerjakan hal-hal tidak hanya berkaitan dengan dunia perbukuan, tapi juga penerbitan, pengarsipan, pendokumentasian, bahkan teknologi informasi. Meskipun semua bidang yang disebut ini, inline dan masih beririsan, tetap butuh kekhususan masing-masing. Contohnya, untuk pengelolaan jurnal secara online via OJS, itu sertamerta dijadikan job desk pustakawan, padahal pengelolaan ini bukan kegiatan yang sederhana. Untuk mengatasi kegagapan ini akan jauh lebih mudah dan menyenangkan jika bisa mempelajarinya di dalam suatu komunitas pembelajar. Manfaat ini yang saya peroleh dari kegiatan berjejaring dengan sesama pustakawan maupun lintas profesi.

Hal tersebut menjadi tantangan. Bagi yang tertantang tentulah akan menjawabnya dengan segera mempelajari apa yang menjadi tuntutan organisasi. Mungkin tidak sampai pada tahap jago, tahap bisa dan mengerti kadangkala sudah cukup. Kita tahu apa yang diharapkan organisasi dan bagaimana memenuhinya, meskipun bukan kita yang mengerjakan. Jika organisasi punya sumber daya lebih, kita cukup menjadi perancangnya. Tapi itu merupakan privilese bagi organisasi yang masih merangkak berkembang. Banyak perpustakaan perguruan tinggi yang masih One Man Show Librarian.

Fokus merupakan kunci dalam mempelajari hal-hal baru. Supaya tidak frustasi, kita tetapkan standar minimal yang harus dipenuhi dalam jangka waktu tertentu. Jika tidak ada guru yang membimbing, kita cari komunitasnya dan bergabung di dalamnya. Terpenting dari itu, sebelumnya mindset kita disetel ke mode pembelajar, jadikan diri kita botol kosong yang berisi spons.
Apapun tantangan yang diberikan oleh lingkungan, yakinkan diri kita bisa menjawabnya. Jangan menolak dan mudah menyerah dalam menghadapinya. Kalangan pustakawan terkenal sebagai individu yang terbuka dan open-minded, siap menerima perubahan dan survive. (a)

Triana Dyah
Pustakawan STHI Jentera/PSHK
29 Juli 2021

sumber gambar ilustrasi: https://unicheck.com/blog/lifelong-learner